Tuesday, January 20, 2009

Wanita Lebih Rentan Terkena Insomnia

Gangguan sulit tidur alias Insomnia memang sangat manggangu. Banyak orang mengatasinya dengan obat-obatan. Padahal upaya itu tidak dianjurkan, karena gangguan ini sebenarnya relatif mudah diatasi.

Lalu, mengapa insomnia lebih mudah menyerang wanita? Bagaimana solusi yang tepat bagi Anda yang memiliki masalah insomnia? Tidur merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang sering tidak diperhitungkan dan dihargai sebagai hal yang penting.

Dengan tidur, sebenarnya seseorang melakukan pembersihan dari dari toksin (racun) yang berasal dari seluruh kegiatan otot tubuh. Toksin yang menumpuk dalam darah dan mempunyai efek pada saraf itu menyebabkan rasa lelah dan mengantuk.

Nah, selama proses tidur berlangsung itulah, toksin yang menumpuk dalam tubuh dimusnahkan.

Rasa kantuk berkaitan erat dengan hipotalamus (hormon yang berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh) dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan normal, hipotalamus ini bekerja baik sehingga mampu memberi respons normal terhadap perubahan tubuh maupun lingkungannya. Namun setelah badan lelah usai bekerja keras seharian, kemampuan merespons tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk. Sebenarnya tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh dan menjaga kestabilan otak, khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu.

Normalnya, orang dewasa membutuhkan waktu tidur 7–8 jam semalam. Tidak heran, kurang tidur dalam semalam saja badan terasa kurang segar.

Bagi kebanyakan orang, tidur terjadi dengan sendirinya, bahkan bagi sebagian orang dapat dilakukan ketika sedang duduk di kendaraan umum, kelas, dalam rapat, terminal, dan banyak tempat lain.

Namun bagi sebagian orang, tidur bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Bahkan sangat sulit dicapai. Kesulitan tidur inilah yang dikenal sebagai insomnia. Menurut dokter Tumpal A. Siagian, spesialis saraf RS, Tebet Jakarta, insomnia (in=tidak, sommus=tidur) secara umum didefinisakan sebagai suatu kesulitan untuk tidur, atau bertahan tidur, atau tidur dengan nyenyak.

Dampaknya adalah distress (stres yang mengganggu) yang pada keesokan harinya bermanifestasi sebagai rasa lemas, lesu, menurunnya kemampuan berpikir, serta menjadi mudah tersinggung. Hampir setiap orang pernah mengalami insomnia, namun mungkin hanya situasional dan sembuh dengan sendirinya.

Bila insomnia terjadi hanya sementara serta tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, tentunya bukan merupakan gangguan atau bagian dari penyakit tertentu. Dengan demikian, ini tidak memerlukan perhatian dan penanganan medis. Kalau yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu insomnia menetap dan mengakibatkan distress dalam aktivitas dan fungsi sehari-hari, maka insomnia itu merupakan problem klinis dan harus ditangani secara profesional. “Karena itu bila orang terserang insomnia, hendaknya diteliti secara medis penyebabnya untuk ditangani sesuai penyebabnya, “ ungkapnya. I

Insomnia dapat juga merupakan gejala pelbagai penyakit fisik maupun mental, dapat pula merupakan penyakit tersendiri. Dalam penggolongan diagnosis penyakit, insomnia dapat merupakan suatu gangguan pada fungsi atau organ tubuh yang lain, misalnya jantung, paru-paru, pencernaan , saraf, tulang dan otot, endokrin, serta kanker.

Disamping itu, insomnia sering diakibatkan oleh penggunaan zat atau obat tertentu seperti kopi, alkohol, obat-obat lain seperti antidepresi, dan lain-lain. Insomnia dapat juga merupakan gejala pelbagai gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, misalnya keadaan berkabung (antara lain kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan), depresi, camas, mapun psikosis (gangguan jiwa yang penderitanya sulit membedakan realitas dan khayalan).

Selain itu, penyakit insomnia lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. “ Memang wanita lebih rentan terserang insomnia karena berhubungan dengan siklus menstruasinya. Biasanya dalam 2-3 hari di setiap siklusnya, seorang wanita menderita kembung dan nyeri. Dan hal itu sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis seorang wanita sehingga menyebabkan yang bersangkutan mengalami insomnia. Di samping itu juga selama menstruasi, peningkatan kadar progesteroin menyebabkan rasa lelah ada awal siklus, “ katanya.

Dampak yang Ditimbulkan:

Tentu saja gangguan insomnia akan memiliki dampak negatif dalam kehidupan seorang individu. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya, yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisma fisik yang akan mempengaruhi kesehatan.

Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur, maka tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya kecapekan. Itulah kiranya jika seseorang tidurnya normal, maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi.

Sebaliknya jika seseorang mengalami kurang tidur, maka asam laktat belum hilang secara sempurna. Kedua, susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainnya akan mengalami gangguan, misalnya dalam belajar mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial.

dr. Tumpal A. Siagian
Dokter Spesialis Penyakit Syaraf